NUFFNANG

Friday 13 September 2013

TO ALL MALAYSIAN... READ THIS!! What else do we want?

What else do we want?

Indonesian news portal Kompasiana had on August 28 carried an article about Malaysia, which among others described Malaysians as among the most fortunate people for having a good and benevolent government.

Malaysians, it said should be grateful because in celebrating the country's 50th anniversary (come Sept 16), they enjoy a better living standard than many other developed and developing nations, and thus became the envious of many.

The article titled Di Malaysia, Dari Kuliah Sampai Nikahpun Dikredit (In Malaysia, Education and even Marriage are Subsidised) gave examples of how PTPTN has helped more students achieved tertiary education while subsidy are given to buy automobiles and houses.


"Perhaps Malaysia is among a few countries that pampers its citizens with its good credit system. But of course, there are pros and cons to such a system but we don't enjoy such benefits in this country (Indonesia)."

READ:

"Malaysia mungkin menjadi salah satu negara kredit dengan sistem yang sangat memanjakan warganya. Tapi yang namanya kredit, tetap saja ada nilai minus dan beberapa masalah di dalamnya. Berikut ini beberapa sektor kredit yang kurang lazim atau tidak ada di negri kita

1. Kuliah
Setiap warga Malaysia memiliki kemudahan untuk mendapatkan pinjaman dari pemerintah untuk biaya kuliah, kerajaan menyebutnya PTPTN. Syarat untuk mendapatkanya pun sangat mudah, dan nyaris tanpa seleksi. Cukup hanya dengan menunjukkan kartu kewarganegaraan Malaysia. Pinjaman ini wajib dibayar setelah nantinya para mahasiswa lulus dari perguruan tinggi. PTPTN bisa didapat untuk semua perguruan tinggi, baik swasta atau negri dan tanpa jaminan aset layaknya bank. Jadi setiap orang, baik miskin atau kaya memiliki kesempatan yang sama untuk kuliah.

Yang namanya pinjaman, tentu ada bunga setiap tahunya sekitar 1% (kalau belum dirubah). Dengan rata-rata biaya kuliah di Malaysia adalah kisaran 90-120 juta. Bagi mereka yang belum bisa melunasi pinjaman ini, maka mereka tidak dibolehkan melakukan perjalanan ke luar negri.

2. Gadget dan Alat Transportasi
Untuk bagian ini, mungkin di Indonesia juga ada sebagian orang yang membeli gadget dan alat transportasi seperti mobil atau motor secara kredit. Yang membuat Malaysia lebih dimanjakan adalah semua warga bisa membeli gadget dan alat transportasi secara kredit dan bisa tanpa deposit (bayaran awal). Bahkan mahasiswanya pun bisa membeli mobil secara kredit karena dinilai layak dan mampu membayar. Mahasiswa yang mendapat pinjaman PTPTN tidak hanya untuk bayar SPP kuliah, tapi juga untuk biaya hidup.

3. Rumah
Hal yang sulit diterima akal adalah banyaknya warga Malaysia yang tidak memiliki rumah. Tentu berbanding terbalik dengan desa-desa di Indonesia yang bisa kita sebut ekonomi menengah ke bawah masih bisa punya rumah. Makanya tak jarang warga Malaysia agak tidak percaya kalau para TKI itu memiliki rumah dan ladang ribuan meter.

Banyak warga yang menyewa apartment, flat atau rumah dalam jangka waktu lama. Alasanya tentu beragam, karena pendatang, karena sering berpindah-pindah dan lain-lain. Tapi dibalik itu semua adalah pajak pemerintah yang cukup lumayan setiap tahunya. Harga rumah (Kuala Lumpur Selangor) yang rata-ratanya adalah 900 juta per unit dengan sistem cicilan kisaran 10-15 tahun tentu membuat ekonomi kelas menengah ke bawah harus terus-terusan menyewa rumah/flat/apartment.

Tapi karena Malaysia dikenal sebagai negara yang memanjakan warganya dengan sistem kredit, untuk membeli rumahpun warganya bisa membeli rumah meski tanpa deposit. Tapi untuk yang ini, ada seleksi dengan kalkulasi pendapatan perbulan untuk melihat mampu tidaknya mereka membayar cicilan.

3. Menikah
Mungkin ini adalah hal paling ekstrim. Sejak era milenium, pada tahun 2000 Malaysia memasuki tradisi baru, yakni nikah kredit. Besarnya biaya pernikahan membuat banyak pasangan memilih menikah dengan uang pinjaman dari bank. karena adat yang ada adalah setiap anak perempuan memiliki harga dengan nilai yang berbeda, tergantung tingkat pendidikan dan dari wilayah mana.

Ada dua jenis biaya yang harus dibayar oleh pihak lelaki (pada umumnya, meski ada juga sebagian dari pihak perempuan yang bersedia menyumbang)

Hantaran
Uang hantaran ini adalah uang untuk biaya akad dan respsi. Untuk biaya hantaran kelasnya dibedakan sesuai dengan taraf pendidikan
SD-SMP RM 1,000 sampai RM 3,000
SMA RM 3,000 sampai RM 8,000
Diploma RM 8,000 sampai 12,000
S1/Degree RM 12,000 sampai RM 15,000
S2/Master RM 15,000 sampai RM 20,000
S3/PHD RM 20,000 sampai RM 30,000
Mas kawin (bergantung wilayah/provinsi dan statusnya (Janda atau Perawan) J/P
Johor J/P RM 22.50
Melaka J/P RM 40
Negri Sembilan
Bukan Waris J RM 12, P RM 24
Ahli Waris J RM 24, P RM 48
Kerabat Diraja di wilayah datuk Kelana J/P RM 725
Selangor
Putri Sultan J RM 625, P RM 2,500
Putri Raja Muda/putri sultan J RM 500, P RM 2000
Putri kerabat J RM 250, P RM 1,000
Puteri Anak Raja (waris) J RM 550, P RM 137
Puteri Anak Raja (yang lain) J RM 75, P RM 300
Putri orang besar J RM 75, P RM 300
mayoritas orang J/P RM 300
Kuala Lumpur J RM 40, P RM 80
Perak J/P RM 101
Pulau pinang J/P RM 24
Pahang J/P RM 22
Sabah J RM 80, P RM 100
Sarawak J/P RM 120
Labuan J/P RM 80
Kedah, Perlis, Terengganu dan Kelantan tidak ditetapkan
(sumber Jakim, atau kalau di Indonesia disebut MUI) meski sudah ditetapkan, kebanyakan warga tetap memiliki sifat yang manusiawi. Yaitu ingin sebesar-besarnya. Mungkin mereka berfikir akan terlihat keren kalau bisa lebih besar dari yang lain, fenomena yang juga ada di Indonesia. Sehingga harga dari aturan ini menjadi nominal minimal.

Sisi lain dari warga muslim yang ingin menikah adalah harus memiliki sertifikat menikah, ini dikeluarkan oleh pihak kerajaan. Dan untuk mendapatkanya pun harus melalui kursus pernikahan selama 1 semester, setiap mahasiswa wajib mengambil mata kuliah ini. Sementara bagi yang tidak kuliah, maka diwajibkan untuk mengambil kursus yang diakui oleh pihak Jakim (MUI kalo di Indonesia).

Aren't we fortunate enough?

No comments: